PENDEKATAN OBJEKTIF DAN MIMETIK

 PENDEKATAN OBJEKTIF DAN MIMETIK

A. Pendahuluan

Dalam bukunya The Mirror and The Lamp (1971). Abrams mengemukakan sebuah teori universe-nya terhadap sastra. Teori universe tersebut adalah teori yang merujuk pada alam semesta. Dalam hal tersebut dapat kita ketahui empat hal yakni pertama ada suatu sastra (karya seni), kedua ada pencipta (pengarang) karya itu sendiri, kemudian yang ketiga ada semesta alam yang mendasari lahirnya karya sastra (realitas sosial), keempat ada penikmat karya sastra (pembaca). Berdasarkan teori itu, karya sastra dapat dipandang dari empat sudut pandang yaitu: (a) ekspresif, (b) mimetik, (c) pragmatis dan (d) obyektif. Keempat pendekatan ini nantinya akan saling berhubungan dengan karya sastra. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas pula mengenai hubungan sastra dengan pembaca dan hubungan sastra dengan pengarangnya. Pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

B. Pembahasan

1. Pendekatan Objektif

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan karya sastra sebagai suatu struktur yang otonom yang terlepas dari hal-hal yang berada di luar karya sastra atau melihat karya sastra Sebagai karya kreatif yang otonom dari unsur intrinsik saja (Abrams,1976)

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri. Ratna (2012:73) mengatakan bahwa pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan analisis unsur intrinsik. Endraswara (2011:9) menyatakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitikberatkan pada teks sastra yang disebut strukturalisme atau intrinsik. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan pada kajian unsur dari dalam karya sastra itu sendiri. Unsur dari dalam karya sastra yang dimaksud adalah unsur intrinsik. 

Oleh karena itu, pusat utama objek penelitian ini terletak pada unsur intrinsik karya sastra. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya itu sendiri. Dengan demikian, pendekatan objektif memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur yang dikenal dengan unsur intrinsik (Ratna, 2012:73). Unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra, di antaranya: plot, tokoh, latar, kejadian, dan sudut pandang. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya sastra akan dieksploitasi semaksimal mungkin (Ratna, 2012:74).

 Pandangan terhadap karya sastra secara obyektif menyatakan bahwa karya sastra (seni) merupakan dunia yang otonom, yang dapat dilepaskan dari pencipta dan lingkungan sosial-budaya zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat diamati berdasarkan strukturnya. Menurut Ratna (2015:72-74) dalam bukunya menjelaskan bahwa pendekatan objektif dibicarakan paling akhir dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini justru merupakan pendekatan yang terpenting sekaligus memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang menggunakan konsep dasar struktur. Pendekatan objektif mengindikasikan perkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama lebih kurang 2.500 tahun. 

Evolusi ini berkembang sejak Aristoteles hingga awal abad ke-20, yang kemudian menjadi revolusi teori selama satu abad, yaitu awal ke-20 hingga awal abad ke-21, dari struktualisme menjadi stuktualisme dinamik, resepsi, interteks, dekontruksi, dan postruktualisme pada umumnya. Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang terpenting sebab pendekatan apapun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra ituitu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruan, kebulatan, dan keterjalinan. 

Organisasi atas keempat unsur itulah yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot. Pendekatan objektif dengan demikian memusatkan perhatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ektrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentric, pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak yang lain. Masuknya pendekatan objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu dengan diperkenalkannya teori struktualisme, memberikan hasil-hasil yang barubaru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra. Pendekatan objektif diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu dan dunia kehidupan manusia, termasuk mode pakaian dan menu makanan. 

Pendekatan yang dimaksudkan jelas membawa manusia pada penemuan-penemuan baru, yang pada gilirannya akan memberikan masukan terhadap perkembangan struktualisme itu sendiri. Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang ada di luarnya, makna masalah mendasar yang harus dipecahkan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya tersebut, seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis. Dalam fiksi, misalnya, yang dicari adalah unsur-unsur plot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang, dan sebagainya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberikan perhatian pada karya sastra itu sendiri sebagai unsur intrinsik cerita. 

Pendekatan objektif pada karya sastra yang menyangkut unsur intrinsik tersebut, meliputi: tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Dari unsur intrinsik tersebut, dalam penelitian ini difokuskan pada tokoh karena melalui tokoh dalam cerita dapat diketahui akhlak baik dan akhlak buruk. 

a. Tujuan Pendekatan Objektif

Tujuan dari penelitian yang menggunakan pendekatan objektif adalah melihat karya sastra secara otonom atau dapat berdiri sendiri tanpa memperhatikan aspek lainnya seperti ekstrinsik sebab pendekatan objektif lebih terfokus pada unsur intrinsiknya saja. Akan tetapi dapat memecahkan hal yang terdapat dalam karya sastra seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek lainnya yang dapat menimbulkan kualitas estestis. 

b. Manfaat Pendekatan Objektif

1)Mendalami unsur intrinsik dalam karya sastra khususnya fiksi

2)Mengabaikan unsur ekstrinsik dalam karya sastra khususnya fiksi

3)Memfokuskan pada satu titik fokus untuk mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak lain. 

c. Karakteristik Pendekatan Objektif

1) Memfokuskan perhatian kepada karya sastra itu sendiri. 

2) Mengacu pada analisis dan penilaian karya sastra dengan menggunakan

pendekatan yang lebih netral. 

3) Berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam teks itu sendiri. 

4) Memandang karya sastra sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. 

d. Prinsip Pendekatan Objektif

1)Menitikberatkan pada elemen-elemen intrinsik yang ada dalam karya sastra, seperti struktur naratif, gaya bahasa, tema, dan karakterisasi.

 2)Membicarakan karya sastra pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam, seperti tema, plot, latar, penokohan, dan lain-lain. 

e. Contoh Pendekatan Objektif dalam Kajian Sastra

1) Analisis dan penilaian karya sastra dengan menggunakan pendekatan yang lebih netral. 

2) Memahami dan menginterpretasikan karya sastra tanpa campur tangan dari penilaian subjektif atau opini pribadi pembaca.

3) Fokus pada elemen-elemen intrinsik yang ada dalam karya sastra, seperti struktur naratif, gaya bahasa, tema, dan karakterisasi. 

2. Pendekatan Mimetik

Secara mimetik dalam proses penciptaan karya sastra (seni), sastrawan/seniman tentu saja telah melakukan pengamatan yang seksama terhadap kehidupan manusia dalam dunia nyata dan lalu membuat perenungan terhadap kehidupan itu sebelum menuangkan dalam karya sastra (seni)-nya. Dengan demikian karya sastra pada hakikatnya adalah tanggapan seseorang (pengarang) terhadap situasi di sekelilingnya. Pandangan semacam ini berangkat dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata. Refleksi ini terwujud karena adanya peniruan dan dipadukan dengan imajinasi pengarang terhadap realitas alam atau kehidupan manusia. 

Berbicara mengenai pandangan mimetik terhadap karya sastra itu, pada dasarnya tidak dilepaskan dari pemikiran Plato. Dalam hubungan ini, Plato, dalam dialog dengan Socrates, mengemukakan bahwa semua karya seni (termasuk karya sastra) merupakan tiruan (imitation). ‘Tiruan’ merupakan istilah relasional, yang menyarankan adanya dua hal, yakni: yang dapat ditiru (the imitable) dan tiruannya (the imitation) dandan sejumlah hubungan antara keduanya.

Hubungan dua hal tadi terlihat dalam tiga kategori: (a) adanya ide-ide abadi dan ide-ide yang tidak bisa berubah (the eternal and unchanging Ideas) (b) adanya refleksi dari ide abadi dalam wujud dunia rekaan baik natural maupun artifisial, dan (c) adanya refleksi dari kategori kedua sebagaimana terlihat adanya suatu bayangan dalam air dan cermin dan karya-karya seni ( Abrams, l971 : 8).

Menurut Ratna (2105:69-71) menerangkan bahwa pendekatan mimesis merupakan pendekatan estetis yang paling primitif. Akar sejarahnya terkandung dalam pandangan Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, dasar pertimbangannya adalah dunia pengalaman, yaitu karya sastra itu sendiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebatas peniruan. Secara hierarkis dengan demikian karya seni berada di bawah kenyataan. 

Pandangan ini ditolak oleh Aristoteles dengan argumentasi bahwa karya seni berusaha menyucikan jiwa manusia, sebagai kataris. Disamping itu juga karya seni berusaha membangun dunianya sendiri. Selama abad pertengahan karya seni meniru alam dikaitkan dengan adanya dominasi agama Kristen, di mana kemampuan manusia hanya berhasil untuk meneladani ciptaan Tuhan. 

Teori estetis ini tidak hanya ada di Barat tetapi juga di dunia Arab dan di Indonesia. dalam khazanah sastra Indonesia, yaitu dalam puisi Jawa Kuno seni berfungsi untuk meniru keindahan alam. Dalam bentuk yang berbeda, yaitu abad ke-18, dalam pandangan Marxis dan sosiologis sastra, karya seni dianggap sebagai dokumen sosial. Apabila kelompok Marxis memandang karya seni sebagai refleksi, sebagaimana diintroduksi oleh salah seorang tokohnya yang terkemuka yaitu Lukacs, maka sosiologi sastra memandang kenyataan itu sebagai sesuatu yang sudah ditafsirkan. Dalam hubungan ini pendekatan mimesis memiliki persamaan dengan pendekatan sosiologis tetap bertumpu pada masyarakat, sedangkan pendekatan mimesis, khususnya dalam kerangka Abrams bertumpu pada karya sastra.

Pendekatan mimesis Marxis merupakan pendekatan yang paling beragam dan memiliki sejarah perkembangan yang paling panjang. Meskipun demikian, pendekatan ini sering dihindarkan sebagai akibat keterlibatan tokoh-tokohnya dalam dunia politik. Di Indonesia, misalnya selama hampir tiga dasawarsa, selama kekuasaan orde baru, pendekatan ini seolah-olah terlarang. Baru sesudah zaman reformasi pendekatan ini seolah-olah terlarang. Baru sesudah zaman reformasi pendekatan ini dimulai lagi, termasuk penerbitan karya sastra pengarang Lekra seperti karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Di Indonesia pendekatan mimesis perlu dikembangkan dalam rangka menopang keragaman khazanah kebudayaan. Pemahaman terhadap ciri-ciri kebudayaan kelompok yang lain dapat meningkatkan kualitas solidaritas sekaligus menghapuskan berbagai kecurigaan dan kecemburuan sosial. 

a. Tujuan Pendekatan Mimetik

Tujuan dari penelitian yang menggunakan pendekatan mimesis adalah untuk mengetahui seberapa besar peran tiruan dalam kehidupan nyata yang digunakan oleh pencipta karya sastra. 

b. Manfaat Pendekatan Mimetik

1) Manfaat dari penelitian yang menggunakan penelitian mimesis ialah:

2) Mengetahui bahwa karya sastra bukan hanya saja mengenai imajinasi seseorang tetapi dapat menggunakan tiruan yang terdapat dalam kenyataan

3) Memandang karya sastra sebagai refleksi dari tiruan dan bertumpukan pada karya sastranya itu sendiri

c. Karakteristik Pendekatan Mimetik

1) Pendekatan ini menekankan pada hubungan karya sastra dengan realitas di luar karya sastra

2) Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas

3) Pendekatan ini menekankan pada pengamatan terhadap karakteristik sosial, budaya, dan sejarah yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra

4) Pendekatan ini menekankan pada pengamatan terhadap karakteristik tokoh dan latar dalam karya sastra

5) Pendekatan ini menekankan pada pengamatan terhadap pengaruh karya sastra terhadap masyarakat

d. Prinsip Pendekatan Mimetik

1) Pendekatan mimetik berupaya memaham hubungan karya sastra dengan realitas atau kenyataan

2) Pendekatan ini menganggap karya sastra sebagai tiruan, cerminan, atau representasi alam atau kehidupan atau dunia ide

3) Mimetik memandang karya sastra sebagai imitasi dan realitas

4) Kriteria yang dikenakan pada karya sastra dalam pendekatan mimetik adalah "kebenaran" representasi objek-objek yang

e. Contoh Pendekatan Mimetik dalam Karya Sastra

Contoh pendekatan mimetik dalam karya sastra adalah cerita pendek "Perihal Orang Miskin yang Bahagia" yang menceritakan tentang kondisi masyarakat yang terpuruk dalam kemiskinan. Pengarang ingin menceritakan kondisi seorang yang miskin tetapi dia merasa bahagia karena status kemiskinannya telah diakui oleh pemerintah. Kritik sosial yang ingin ditampilkan pengarang dalam cerita ini adalah pemerintah mengakui bahwa masyarakat di negaranya masih banyak mengalami kondisi kemiskinan.


DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M. H. 1976. The Mirror and The Lamp: Romantic Theory and the Critical

Tradition. New York: Oxford University Press. Aryanti, Syifani, and Dzira Auliya Marsela. "Analisis Cerpen Sepotong Surat Dalam

Diam Karya Asma Nadia Menggunakan Pendekatan Objektif Dan Mimetik." Populer: Jurnal Penelitian Mahasiswa 1.3 (2022): 57-67. Feby, Suzetta, dan Tazkya Kuntadi Nayla. 2023. "Analis Makna Cerpen Dengan

Pendekatan Objektif". Jurnal Ilmiah Dan Karya Mahasiswa, Volume.1, No.1. Fitri, Nur Haliza, et al. "Analisis Puisi “Kucari Jalan Menuju Rumahku” Pada Antologi

Aku Bawakan Cinta Buatmu Karya Chory Marbawi Menggunakan Pendekatan Objektif." Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 6. (2023): 34-38. 

Ilma, Awla Akbar, and Putri Bakthawar. "Metode Penelitian Sastra Lokal: Sebuah Rumusan Awal." Jurnal Sasindo UNPAM 7.2 (2019): 24.

Komentar

Postingan Populer